RSS FEED

Kapitalisasi Astra Tertinggi

-- Okezone - Wednesday, 24 March 2010 --
JAKARTA - PT Astra International Tbk (ASII) kini menjadi penguasa baru Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan nilai kapitalisasi tertinggi sebesar Rp165,21 triliun.

Dengan kapitalisasi pasar setinggi itu, Astra berhasil mengalahkan PT Telkom Tbk yang telah lama menguasai lantai bursa. Astra resmi menjadi raja BEI dengan nilai kapitalisasi mencapai Rp162,74 triliun pada perdagangan Senin (22/3) lalu. Perseroan kemudian mengukuhkan posisinya setelah harga sahamnya kembali menguat Rp600 (1,46 persen) pada perdagangan kemarin menjadi Rp40.800 per lembar saham. Maka, total kapitalisasi Astra kini menjadi Rp165,21 triliun. Astra menggeser PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang lama menguasai lantai bursa. Harga saham Telkom pada hari pertama awal pekan ini turun 2,42 persen menjadi Rp8.050.

Posisi Telkom bahkan makin melemah setelah kemarin harga sahamnya turun Rp50 (0,62 persen) menjadi
Rp8.000. Maka kapitalisasi TLKM tercatat sebesar Rp161,27 triliun. Menguatnya harga saham Astra yang berbanding terbalik dengan Telkom ini merupakan buah sikap investor dalam mencermati bisnis kedua emiten tersebut.

Astra diperkirakan akan mengalami pertumbuhan pendapatan 9-12 persen tahun ini. Sementara pertumbuhan Telkom diprediksi hanya 5-10 persen. Direktur Reliance Securities Stefanus P Susanto mengatakan, pelaku pasar yakin terhadap prospek Astra yang sangat bagus seiring dengan ekspansi perseroan yang terus berkembang.Pada bisnis utamanya, perseroan mampu mendominasi pasar otomotif nasional.

Sementara lewat anak usahanya, Astra juga merambah ke bisnis-bisnis lain yakni sektor-sektor perkebunan,batu bara,dan perbankan. ”Harga saham Astra naik signifikan dalam beberapa waktu ini.Itu tidak hanya membuktikan kepercayaan pelaku pasar terhadap kinerja perseroan saja melainkan terhadap masa depannya,” kata Stefanus.

Meski posisinya tergeser, Stefanus menilai, potensi Telkom dan badan usaha milik negara (BUMN) lainnya untuk berkembang tetap bagus.Dengan dukungan pemerintah, BUMN masih bisa berkembang dan sahamnya tetap menjadi buruan investor.

Pengamat pasar modal Denny Hamzah mengatakan, kehadiran Astra sebagai saham berkapitalisasi terbesar hanya bersifat sementara. Dia menjelaskan, pelaku pasar saat ini sedang memburu saham perseroan tersebut menyusul laporan kinerja keuangan 2009 yang cukup cemerlang.Namun, Denny menyatakan, harga saham Astra bisa kembali turun berjalan seiring dengan fluktuasi pasar. Menurut Denny, Telkom bisa kembali menjadi saham berkapitalisasi terbesar dalam jangka pendek karena nilainya yang cenderung stabil.

”Saya pikir secara fundamental prospek Astra lebih pesat dibandingkan Telkom. Tapi, saya apa yang terjadi di lantai bursa saat ini hanya sentimen jangka pendek. Ada peralihan portofolio,”ungkap Denny.

Sementara itu, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendorong perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam BUMN untuk menambah jumlah saham yang beredar di bursa. Dengan penambahan jumlah saham tersebut diharapkan kapitalisasi saham BUMN akan semakin kuat dan berpengaruh di pasar modal Indonesia.

“Supaya lembar saham yang berputar lebih banyak. Karena, BUMN diharapkan menjadi salah satu pencipta pasar modal yang sehat,”ujar Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu di Jakarta kemarin. Said mengatakan, pasar modal yang sehat diartikan jika saham yang beredar banyak yang likuid.

Namun pada kenyataannya masih banyak saham yang tidak likuid, atau bahkan “jatuh tertidur”. Untuk mendukung langkah tersebut, harus dilakukan aksi korporasi berupa penawaran saham umum perdana atau initial public offering (IPO) dan rights issue.

“Yang sudah pasti melantai tahun ini adalah PT Garuda Indonesia, PT Krakatau Steel, dan PT Perumahan Pembangunan bulan Februari lalu. Sementara itu, Bank Mandiri dan Bank Negara Indonesia sedang mengupayakan rencana rights issue. Kita masih tetap prioritas yang on going proses, kalau ada yang mahal lagi,nanti kita split lagi untuk menambah lembar saham. Jadi, likuid kalau lembar sahamnya banyak,” jelas Said.

Saat ini kinerja saham BUMN cukup baik. Dia mencontohkan saham PT Perusahaan Gas Negara (PGN),meski labanya kecil tetapi harga saham naik.Atau PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) meski “kalah” dengan Astra Grup dinilai bukan masalah serius. “Yang kita perhatikan kinerjanya. Kalau kinerja buruk maka harga saham juga akan sulit naik,”tandas Said.

Otoritas Kaji Aturan Biaya Penjamin Emisi


Disisi lain, ketatnya persaingan antar perusahaan efek dalam usaha penjaminan emisi (underwriter) efek, semakin mengkhawatirkan. Persaingan yang ada saat ini sudah menjurus pada kompetisi yang tidak sehat.Adanya perang biaya atau fee emisi saham maupun obligasi, membuat perusahaan efek tidak bisa lagi mengandalkan bisnis ini sebagai salah satu sumber pendapatan.

Oleh karenanya, pihak otoritas baik bursa dan pasar modal tengah mengkaji kemungkinan aturan untuk mengatasi adanya perang biaya tersebut.

”Kami masih melihat apakah itu (perang biaya) perlu diatur. Karena selama ini memang belum ada aturannya. Sementara ini, kami akan tampung seluruh keluhan mengenai adanya perang biaya itu,” ujar Kepala Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Riil Bapepam-LK Anis Baridwan di Jakarta,kemarin. Adanya keluhan mengenai tingginya kompetisi dalam penjaminan emisi, terungkap dalam pertemuan antar Bapepam-LK, Bursa Efek Indonesia (BEI) dan perusahaan efek yang memiliki izin penjamin emisi efek, di Jakarta, kemarin.

Beberapa anggota bursa mengusulkan agar regulator pasar modal melakukan pengaturan mengenai biaya untuk penjamin emisi tersebut. Sebab, persaingan yang terjadi saat ini, sudah menjurus kepada persaingan tidak sehat antar perusahaan.

“Mereka menyampaikan keluhan tersebut, dan itu akan kami tampung, untuk menjadi pertimbangan selanjutnya,” terangnya.

Sementara Direktur Pengembangan BEI,Frederica Widya Sari Dewi mengungkapkan, perang fee yang
terjadi, telah membuat persaingan di bisnis penjaminan emisi semakin tidak sehat.Menurutnya, fee emisi yang ditawarkan perusahaan efek bahkan sudah ada yang berani menawarkan jauh dibawah harga pasar fee yang semula berlaku di pasar. “Kalau dulu biasanya fee emisi bisa mencapai 0,3 persen.Saat ini ada yang berani menawarkan hingga kisaran 0,025 persen. Ini salah satu yang menjadi keluhan mereka (AB),” ujar Friderica. “Kondisi ini tidak bisa dibiarkan terus berlangsung. Perlu ada pembatasan yang diatur otoritas,” Ujar Presiden Direktur Philip Securities, Daniel Tedja. (Harley Ikhsan/Johana Purba/Juni Triyanto)(//css)
(http://economy.okezone.com/read/2010/03/24/278/315461/kapitalisasi-astra-tertinggi)

0 komentar:

Posting Komentar

Return top